Yup yup yup... 4 seri motoGP telah berlalu yang kesemua serinya di juarai oleh rider muda Spanyol asal Repsol Honda Team, Mark Markuez. Pada musim 2013 kemarin Mark berhasil menjadi juara dunia pada tahun perdananya di motoGP. Dan pastinya bukan untuk yang pertama kalinya, banyak fans yang meng-compare (skill) antara Mark dengan (Valentino) Rossi. "Bagaimana ya kalo Marquez race di era Rossi dulu?" tanda tanya iseng para fans. Ada pula yang mencibir "Sekarang Mark hanya naik Asimo (robot humanoid buatan Honda, red), tinggal buka dan tutup gas doang!". Dan kalau doteruskan pasti tidak akan ada habisnya.
Oke, basic-nya MotoGP tidak hanya merupakan adu cepat saja, tetapi juga ajang para vendor pabrikan untuk adu teknologi, dalam hal ini teknologi dalam dunia roda dua. Lain halnya dengan Superbike, yang notabene motor produksi massal yang beberapa partnya diganti dengan part racing lalau dipakai balap. Nah, mulai ketemu kan titik masalahnya bahwa Mark tidak bisa langsung dibandingkan dengan Rossi secara langsung. Ada opini "Jaman Rossi dulu (tanpa kontrol elektronik yang berlebih) skill 80% sedang motor hanya 20%, sekarang skill rider 20% motor 80%".
Sebagai penikmat motoGP tidak sedikit yang beranggapan motoGP sekarang sudah tidak seseru dahulu, dimana dulu banyak aksi overtaking antar pembalap, dimana tikungan merupakan tempat seninya motoGP, bukan hanya sebagai stage para rider meng-overtake lawan tetapi juga stage dimana para rider sering highside kalau tidak memperhitungkan laju motornya. Pada era Vale dulu (ataupun sebelumnya), para pembalap memang dituntut paham betul karakter motor dan sirkuit, karena memang masih minimnya perangkat elektronik. Sehingga untuk rookie perlu belajar menunggang monster 500cc setidaknya 1-2 musim.
Balik lagi ke awal, motoGP memang diprioritaskan untuk adu teknologi. Dalam hal ini Dorna sebagai pihak penyelenggara juga mempertimbangkan sisi safety para pembalap. Sementara pihak factory fokus sebisa mungkin teknologi apapun bisa dituangkan pada si kuda besi. Kita ambil contoh simple saja yakni Honda. Pada 2006 Honda duluan memakai ride by wire yang konon katanya si rider tinggal buka dan tutup gas, tidak takut jatuh, Selanjutnya Honda menuangkan teknologi robot Asimo, perpaduan gyro dan akselerometer yang disebut inclinometer.
Nah, apa semua kontrol elektronik motoGP ingin dihilangkan/dikurangi, agar race jadi seru lagi? Sehingga keluar dari tujuan awal dibentuknya si motoGP. Atau dukung terus berkembangnya teknologi motoGP? Yang sebenarnya dilingkungan sekitar kita sudah bertebaran motor harian dengan jeroan hasil dari perkembangan motoGP. Seperti injeksi, forged piston-nya Yamaha, cross plane ala M1 pada Yamaha R1, desmosedici pada beberapa varian motor massal Ducati, dll.
Sekian dulu, semoga bisa bermanfaat.
Salam Biker Nusantara!
Oke, basic-nya MotoGP tidak hanya merupakan adu cepat saja, tetapi juga ajang para vendor pabrikan untuk adu teknologi, dalam hal ini teknologi dalam dunia roda dua. Lain halnya dengan Superbike, yang notabene motor produksi massal yang beberapa partnya diganti dengan part racing lalau dipakai balap. Nah, mulai ketemu kan titik masalahnya bahwa Mark tidak bisa langsung dibandingkan dengan Rossi secara langsung. Ada opini "Jaman Rossi dulu (tanpa kontrol elektronik yang berlebih) skill 80% sedang motor hanya 20%, sekarang skill rider 20% motor 80%".
Sebagai penikmat motoGP tidak sedikit yang beranggapan motoGP sekarang sudah tidak seseru dahulu, dimana dulu banyak aksi overtaking antar pembalap, dimana tikungan merupakan tempat seninya motoGP, bukan hanya sebagai stage para rider meng-overtake lawan tetapi juga stage dimana para rider sering highside kalau tidak memperhitungkan laju motornya. Pada era Vale dulu (ataupun sebelumnya), para pembalap memang dituntut paham betul karakter motor dan sirkuit, karena memang masih minimnya perangkat elektronik. Sehingga untuk rookie perlu belajar menunggang monster 500cc setidaknya 1-2 musim.
Balik lagi ke awal, motoGP memang diprioritaskan untuk adu teknologi. Dalam hal ini Dorna sebagai pihak penyelenggara juga mempertimbangkan sisi safety para pembalap. Sementara pihak factory fokus sebisa mungkin teknologi apapun bisa dituangkan pada si kuda besi. Kita ambil contoh simple saja yakni Honda. Pada 2006 Honda duluan memakai ride by wire yang konon katanya si rider tinggal buka dan tutup gas, tidak takut jatuh, Selanjutnya Honda menuangkan teknologi robot Asimo, perpaduan gyro dan akselerometer yang disebut inclinometer.
Nah, apa semua kontrol elektronik motoGP ingin dihilangkan/dikurangi, agar race jadi seru lagi? Sehingga keluar dari tujuan awal dibentuknya si motoGP. Atau dukung terus berkembangnya teknologi motoGP? Yang sebenarnya dilingkungan sekitar kita sudah bertebaran motor harian dengan jeroan hasil dari perkembangan motoGP. Seperti injeksi, forged piston-nya Yamaha, cross plane ala M1 pada Yamaha R1, desmosedici pada beberapa varian motor massal Ducati, dll.
Sekian dulu, semoga bisa bermanfaat.
Salam Biker Nusantara!
No comments:
Post a Comment