Friday 16 May 2014

Yamaha Dan Ducati Dibalik Ketangguhan Honda (Part-2)

Ok, baru sempetin nulis part kedua nih, faktor dikejar kerjaan. Bila pada postingan sebelumnya saya udah bahas singkat tentang sistem Crossplane Crankshaft pada mesin Yamaha motoGP, pada link Yamaha Dan Ducati Dibalik Ketangguhan Honda (Part-1). Maka tulisan kali ini giliran Desmodromic-nya kuda Italia.

Ducati mulai menggunakan sistem ini mulai tahun 50-an, ketika Fabio Taglioni menemukan sistem buka tutuo ktup revolusioner ini. Mesin 4 tak memiliki sistem yang sedikit lebih kompleks, mereka menggunakan sistem katup untuk mengatur letupan bahan bakar pada bilik pembakaran mesin. Pada mesin konvensional, sistem ini menggunakan pegas untuk menbuat katup membuka dan menutupsesuai gerakan piston dan durasi crankshaft. Sistem ini mudah dan efektif, namun memiliki kelemahan saat putaran mesin mencapai kecepatan tinggi yang mengakibatkan daya pegas per tidak dapat mengimbangi gerakan piston yang lebih cepat.

Hal ini seperti tidak akan terjadi pada sistem

desmodromic karena konstruksi buka tutup klep digerakkkan oleh rocker armatau tuas dinamik yang bergerak sesuai perputaran crankshaft. Sistem ini sangat sederhana, namun membutuhkan akurasi konstruksi yang sangat tinggi untuk memastikan mesin mampu memproduksi daya maksimal. Keuntungan dari desmodromic ini adalah buka tutup klep dapat melayani kecepatan piston sampai batas yang jauh lebih tinggi karena semakin cepat piston bergerak maka semakin cepat pula klep memproduksi gaya yang sesuai dan memastikan mesin mampu memproduksi pembakaran yang maksimal disetiap putaran mesin.

Desmodromic telah mengantarkan Ducati menjadi ikon motor dengan performa mesin dahsyat dan durabilitas yang snagat tinggi. Tidak hanya di motoGP, namun ducati terlihat lebih superior pada ajang balap dunia lain World Superbike (SBK) dimana mereka dengan tangguh mampu mengasapi pabrikan Jepang dengan rekor kemenangan yang belum terkalahkan. Lebih mengherankan lagi karena mereka melakukannya dengan mesin 2 silinder konfigurasi L-Twin yang secara spesifikasi lebih inferior dibanding mesin inline 4 silinder milik pabrikan Jepang.

Ya, meskipun pada motoGP Ducati tidak terlalu berkuasa, tetapi Ducati memiliki motor yang gahar, yang juga disegani oleh pabrikan lain.
Sekian singkat tulisan kali ini.

Salam Biker Nusantara!

No comments: