Fenomena
Gerhana Dalam Mitos Jahili
Rinuan
tahun silam, sebagian manusia berkeyakinan bahwa gerhana adalah buah
pertarungan antara para dewa. Sebagian suku di Cina melambangkan
bahwa Matahari adalah burung emas, sementara bulan dilambangkan
sebagai kodok. Ppada saat terjadi gerhana, sebiah pertempuran tengah
terjadi antara dua simbol tersebut.
Lain
pula di Tahiti, mereka meyakini bahwa matahari dan bulan adalah
sepasang kekasih. Jika mereka berdekatan amaka terjadilah apa yang
disebut gerhana.
Adapun
suku di Amazon, mereka berkeyakinan bahwa saat terjadi gerhana, ada
seorang anak yang telah melemparnya dengan dengan panah tepat di
matanya sehingga banyak darah mengalir di bulan tersebut. Setelah itu
bulan sembuh, dan kebali seperti semula,
Di
Jawa, tersebar mitos bahwa terjadinya gerhana karena bulan mau
ditelan oleh dewa jahat atau raksasa yang disebut Betthotokolo.
Orang yang hamil agar janinnya
tidak dimakan Bethotokolo maka
ia harus menggigit potongan genting (kreweng, bahasa
jawa) sambil bersembunyi di kolong amben (tempat tidur) selama
terjadi gerhana. Selain itu ada pula tindakan “membangunkan”
pepohonan dengan cara menggoyangkan atau memukulinya agar pohon cepat
berbuah atau semacamnya, dan masih banyak lagi mitos-mitos yang lain.
(Demikian pula ada mitos serupa yang berkembang di sebagian
masyarakat di Makassar, Sulsel tentang gerhana bulan ini). Kemudian
agar gerhana segera pulih maka merek harus melakukan sesuatu untuk
mengusir raksasa tersebut, yaitu dengan suara tabuhan alu dan lesung.
Di
negara Cina sekitar 20 abad yang lalu masyarakat mempunyai keyakinan
bahwa gerhana terjadi karena adanya seekor naga raksasa -yang tidak
terlihat oleh mata- memkan matahari. Kemudian mereka membuat suatu
keributan yang sangat besar dengan drum dan mengarahkan serta
menembakkan panah-panah ke langit. Belum bisa bayangin
gaes, panah yang turun akan mengenai siapa.. wkwkwkwk..
Dengan itu naga akan ketakutan dan sinar matahari akan terlihat
kembali. Pada suatu saat ada dua orang ahli perbintangan Cina yang
bernama His dan Ho. Mereka tidak dapat memperkirakan datangnya
gerhana. Kaisar yang berkuasa saat itu sangat marah karena ia tidak
mempersiapkan apa-apa untuk mengusir sang naga. Meskipun akhirnya
hari kembali terang, Kaisar tetap memerintahkan agar kedua astronom
itu dibunuh karena dianggap telah gagal. Mitos Cina inipun mirip
dengan mitos Jawa, bahkan sepertinya mitos Jawa yang dipengaruhi oleh
Cina. Wahaha.. ternyata mitos pun ada yang KW dari Cina..
Konon, di Asia Tengah, gerhana yang terjadi tanggal 28 Mei 585 M
mengakhiri perang dua negara Timur Tengah. Selama pertempuran,
hari-hari menjadi ngelap seperti malam. Gerhana menyebabkan kedua
negara tersebut menyatakan perdamaian serta menghentikan pertempuran.
Aseeekk.. damai gara-gara gerhana ni.. Eciee... Di Jepang,
masyarakat mempercayai bahwa racun telah jatuh dari langit selama
terjadi gerhana. Ini juga terjadi di sebagian masyarakat Jawa. Di
India, masyarakat mempercayai bahwa naga bertanggung jawab atas
terjadinya gerhana. Selama gerhana, masyarakat di sana membenamkan
diri mereka ke dalam air sampai leher mereka. Dengan cara ibadah
tersebut, mereka mengharapkan matahari dan bulan dapat mempertahankan
dirinya dari naga. Dalam suasana mitos (dongeng) ini, bangsa Arab
berpandangan bahwa terjadinya gerhana matahari adalah karena kematian
seorang manusia yang agung, atau kerugian dalam peperangan yang
besar.
Mengapa mitos-mitos itu beragam dn berbeda-beda? Itu semua terjadi
karena mereka menafsiri peristiwa alam (sunnah kauniyah) tanpa ada
petunjuk dari ilmu pengetahuan. Hingga tidak heran jika disimpulkan
“setiap peristiwa alam atau keanehan di alam memunculkan mitos bagi
manusia jahili.”
No comments:
Post a Comment