Saturday, 25 February 2017

Gerhana Dalam Mitos, Sains, dan Agama

Fenomena Gerhana Dalam Mitos Jahili

Rinuan tahun silam, sebagian manusia berkeyakinan bahwa gerhana adalah buah pertarungan antara para dewa. Sebagian suku di Cina melambangkan bahwa Matahari adalah burung emas, sementara bulan dilambangkan sebagai kodok. Ppada saat terjadi gerhana, sebiah pertempuran tengah terjadi antara dua simbol tersebut.

Lain pula di Tahiti, mereka meyakini bahwa matahari dan bulan adalah sepasang kekasih. Jika mereka berdekatan amaka terjadilah apa yang disebut gerhana.

Adapun suku di Amazon, mereka berkeyakinan bahwa saat terjadi gerhana, ada seorang anak yang telah melemparnya dengan dengan panah tepat di matanya sehingga banyak darah mengalir di bulan tersebut. Setelah itu bulan sembuh, dan kebali seperti semula,

Di Jawa, tersebar mitos bahwa terjadinya gerhana karena bulan mau ditelan oleh dewa jahat atau raksasa yang disebut Betthotokolo. Orang yang hamil agar janinnya tidak dimakan Bethotokolo maka ia harus menggigit potongan genting (kreweng, bahasa jawa) sambil bersembunyi di kolong amben (tempat tidur) selama terjadi gerhana. Selain itu ada pula tindakan “membangunkan” pepohonan dengan cara menggoyangkan atau memukulinya agar pohon cepat berbuah atau semacamnya, dan masih banyak lagi mitos-mitos yang lain. (Demikian pula ada mitos serupa yang berkembang di sebagian masyarakat di Makassar, Sulsel tentang gerhana bulan ini). Kemudian agar gerhana segera pulih maka merek harus melakukan sesuatu untuk mengusir raksasa tersebut, yaitu dengan suara tabuhan alu dan lesung.

Di negara Cina sekitar 20 abad yang lalu masyarakat mempunyai keyakinan bahwa gerhana terjadi karena adanya seekor naga raksasa -yang tidak terlihat oleh mata- memkan matahari. Kemudian mereka membuat suatu keributan yang sangat besar dengan drum dan mengarahkan serta menembakkan panah-panah ke langit. Belum bisa bayangin gaes, panah yang turun akan mengenai siapa.. wkwkwkwk.. Dengan itu naga akan ketakutan dan sinar matahari akan terlihat kembali. Pada suatu saat ada dua orang ahli perbintangan Cina yang bernama His dan Ho. Mereka tidak dapat memperkirakan datangnya gerhana. Kaisar yang berkuasa saat itu sangat marah karena ia tidak mempersiapkan apa-apa untuk mengusir sang naga. Meskipun akhirnya hari kembali terang, Kaisar tetap memerintahkan agar kedua astronom itu dibunuh karena dianggap telah gagal. Mitos Cina inipun mirip dengan mitos Jawa, bahkan sepertinya mitos Jawa yang dipengaruhi oleh Cina. Wahaha.. ternyata mitos pun ada yang KW dari Cina..

Konon, di Asia Tengah, gerhana yang terjadi tanggal 28 Mei 585 M mengakhiri perang dua negara Timur Tengah. Selama pertempuran, hari-hari menjadi ngelap seperti malam. Gerhana menyebabkan kedua negara tersebut menyatakan perdamaian serta menghentikan pertempuran. Aseeekk.. damai gara-gara gerhana ni.. Eciee... Di Jepang, masyarakat mempercayai bahwa racun telah jatuh dari langit selama terjadi gerhana. Ini juga terjadi di sebagian masyarakat Jawa. Di India, masyarakat mempercayai bahwa naga bertanggung jawab atas terjadinya gerhana. Selama gerhana, masyarakat di sana membenamkan diri mereka ke dalam air sampai leher mereka. Dengan cara ibadah tersebut, mereka mengharapkan matahari dan bulan dapat mempertahankan dirinya dari naga. Dalam suasana mitos (dongeng) ini, bangsa Arab berpandangan bahwa terjadinya gerhana matahari adalah karena kematian seorang manusia yang agung, atau kerugian dalam peperangan yang besar.

Mengapa mitos-mitos itu beragam dn berbeda-beda? Itu semua terjadi karena mereka menafsiri peristiwa alam (sunnah kauniyah) tanpa ada petunjuk dari ilmu pengetahuan. Hingga tidak heran jika disimpulkan “setiap peristiwa alam atau keanehan di alam memunculkan mitos bagi manusia jahili.”

No comments: