Wednesday, 22 February 2017

Meminta Fatwa Hakim Tentang Mimpi


Telah diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang pergi kepada seorang hakim untuk meminta fatwa tentang mimpi yang dilihatnya, yang membuat penasaran. Maka begitu ia bertemu dengan sang hakim segera saja ia berkata :

“Saya akan menyampaikan kepada anda sebuah perkara penting yang belum pernah saya sampaikan kepada orang yang paling dekat sekalipun. Saya telah bermimpi bhwa saya memiliki 4 orang istri, diaman mereka memiliki keistimewaan dan perbedaan.

Istri yang ke empat adalah istri yang paling mahal dan paling manis di antara mereka. Dialah yang dimanjakan. Dia telah mendapatkan segenap perhatian dan kedudukan dariku karena kecantikan dan keelokannya. Saya mendahulukannya pada setiap perhatian dan perlindungan.

Dibawahnya adalah istri yang ketiga. Sunnguh saya sangat mencintainya dengan kecintaan yang besar. Saya banggakan dia dihadapan para kenalan dan kawan-kawan, akan tetapi - dengan suara lantang – keraguan telah merasukiku tentangnya. Saya khawatir suatu hari nanti dia akan pergi bersama orang lain.

Adapun istri yang kedua, maka saya juga mencintainya. Di antara para istri tersebut dia istimewa dengan pemahaman dan kesabarannya. Sekalipun cinta saya kepadanya tidak seperti pada istri ketiga dan keempat. Akan tetapi dia telah mendapat kepercayaanku. Benar jika dikatakan setiap kali saya dihadapkan pada sebuah permasalahan, saya bersandar kepadanya. Dia adalah sebaik-baik penolong saat kesempitan.

Adapun istriku yang pertama, maka dia adalah sekutu yang sempurna dalam kehidupanku. Bahkan dialah yang memiliki saham besar dalam perhatiannya terhadap berbagai urusanku, dalam mengatur berbagai keperluanku, di samping perhatian terhadapku dan terhadap rumahku. Sayang sekali terpaksa saya katakan kepada anda bahwa saya tidak mencintainya sekalipun dia sangat mencintaiku dari lubuk hati yang paling dalam. Dan sungguh sebuah kehidupan yang buruk jika dibangun di atas kecinttan salah satu pihak.

Saya bermimpi seakan-akan saat kematianku sudah datang. Kematian tengah mencariku. Maka pada saat itulah istri-istriku secara bergantian. Saya berkata kepada istriku yang keempat:
“Engkau adalah orang yang paling aku cintai, aku kenakan padamu pakaian yang paling indah, perhiasan yang paling mahal, dan aku limpahkan kepadamu segenap perhatianku, sekarang aku akan mati, maka maukah engkau menyertaiku?”
Maka diapun menjawab dengan cepat:
“Tidak mungkin.”
Kemudian dia pergi membelakangiku. Saya merasa seakan-akan jawabannya adalah sebuah pisau yang dihujamkan ke lubuk hatiku.

Hadirlah istri yang ketiga, saya katakan kepadanya :
“Aku mencintaimu sepanjang hidupku, sekarang aku akan meninggalkan kehidupanku ini, maka maukah kamu menemaniku?”
Dia menjawab :
“Kehidupan ini manis, sayang sekali engkau harus tahu bahwa aku akan menikah lagi sepeninggalmu.”
Sungguh perkataannya sangat menyakitkanku.

Saya lihat pada istriku yang kedua, saya mengingatnya dan apa-apa yang telah kukerjakan untuknya, maka saya katakan kepadanya L
“Ini adalah saat aku memerlukan pertolonganmu, maka maukah kamu menemaniku dalam kesendirianku?”
Dia menjawab:
“Sayang sekali, aku tidak bisa membantumu saat ini, akan tetapi aku akan menemanimu sampai pemakaman saja.”

Disaat saya mengingat jawabannya, dan saya merasakan kesedihan akan susahnya keadaanku dan penolakan mereka, tiba-tiba saya mendengar suara lantang :
“Saya, saya, saya akan menemanimu, dan saya akan mengikutimu kemana saja engkau pergi.”
Saya pun melihat ke arah sumber suara itu, ternyata ia adalah istri pertama saya, dia tampak kurus kering seperti dia hidup tanpa makanan untuk masa yang panjang. Tampak padanya guratan kesedihan akan apa yang kuperbuat terhadapnya, sedikitnya perhatian, dan pengertian hingga dia menjadi seperti itu keadaannya.

Mohon pak hakim menjelaskan kepada saya -mudah-mudahan Allah SWT menjagamu- rahasia mimpi ini yang sangat menggelisahkan saya.

Saat itulah sang sakim tersebut tersenyum, mengangguk-anggukkan kepalanya. Sebelum menjawab dia menarik nafas dalam-alam dan berkata:
“Setiap kita memiliki empat orang istri. Istri yang keempat adalah jasad-jasad kita. Betapapun kita merawat dan menjaganya, maka dia tidak akan meninggalakan dunia pergi bersama kita.

Istri yang ketiga adalah harta-harta kita, dan barang-barang milik kita. Kita mencintainya, berbangga dengannya. Tapi saat kita mati, dia berpindah kepada selain kita dari para ahli waris.

Istri yang kedua adalah kerabat dan kawan-kawan kita, betapapun kuat ikatan kita bersama mereka, betapapun dalamnya hubungan yang kita capai dengan mereka, mereka hanya akan menemani kita sampai di batas pemakaman.

Adapun istri yang pertama, yang tidak mungkin seorang pun melihatnya adalah roh yang paling banyak mendapatkan bagian kelalaian, dan kelupaan kita karena kita mabuk dengan kenikmatan kehidupan dunia.

Jika demikian, bukankah masuk akal memberikan perhatian dan penjagaan kepadanya dengan kebaikan, amal shalih, terlebih-lebih dia adalah satu-satunya orang yang akan menyertai kita pada hari perhitungan?!!

No comments: