Setiap
manusia memiliki segumpal daging yang sangat penting bagi
kehidupannya. Segumpal daging itu memberikan perasaan teraneh,
terindah, terperihkan, dan sebagainya. Segumpal daging itulah yang
disebut hati. Secara jasamani memang hati berada di dalam tubuh
manusia sebelah kiri. Secara biologis hati itu berfungsi sebagai
penetralisir zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh manusia termasuk
racun, bakteri dan lainnya yang mengalir dalam aliran darah.
Tapi
dalam trilogi cinta ini, CZL tidak mengarahkan kepada keberadaan hati
secara jasmani. Hati yang CZL maksud adalah hati yang bersifat
abstrak, dimana ia ada tapi tak berbentuk. Ia ada tapi membuat
manusia berada. Hanya berbagai rasa, akibat dan sentuhan-sentuhan
saja yang bisa draba dan dirasakan. Dalam wujudnya ia tak tampak
namun mamnpu menggetarkan dan menggelorakan jasmani yang berwujud.
Kita takkan mampu membayangkan hati dalam bentuk segumpal daging yang
kecil itu menerima berbagai macam zat, rasa, imajinasi, sentuhan dan
sebagainya yang akan datang silih berganti. Namun hati dalam bentuk
abstrak yang terdapat pada setiap manusia mampu melakukannya. Hati
ini akan mampu mengangkat dan meninggikan hakekat keberadaan manusia
di bumi ini. Walaupun manusia berpijak di bumi namun ia secara rohani
akan mampu melesat terbang tinggi bak meteor, menembus cahaya
ke-Ilahian, memerobos gumpalan sekat-sekat kemalaikatan, mengalahkan
tingkatan malaikat untuk kemudian berlabub dalam fase keindahan
bersama Allah SWT.
Hati
inilah yang selalu mencahayai manusia dalam kegelapan. Mentingkirkan
kerikil dan noktah-noktah hitam kebusukan di dalam jiwa manusia.
Menjadikan manusia durjana berubah menjadi manusia Insan Kamil
(manusia sempurna) dengan
akhlak-akhlak yang terpuji.
Dalam trilogi cinta, hati dipenuhi dengan berbagai perasaan memegang
kendali. Manusia yang bericinta takkan pernah lepas dari hati yang
bercinta. Sebab menjadi sumber pokok cinta adalah hati. Bagamana
mungkin cinta yang tak hadir dalam hati manusia akan membuat manusia
bercinta. Dengan hati yang diselubungi cinta, maka gerak-gerik dan
tingkah lakunya akan berbau cinta.
Bayangkan seandainya diri kita seorang pecinta mengasihi seorang
terkasih. Ketika memandangnya bagaikan air yang menyentuh
kerongkongan kering, sejuk dan indah serta terasa nikmat. Hati akan
berbunga saat dirinya membalas dengan senyuman manis nan indah.
Ketika hati sebagai sang raja tersentuh bagaikan matahari yang
bersinar, ia akan memancarkan getaran-getaran iyu keseluruh tubuhnya
untuk bergerak dan melakukan sesuatu hal demi menggapai cintanya
tersebut. Tak ada paksaan dan perintah. Yang ada hanya ketulusan jiwa
dalam berbut untuk dapat bersanding dan bercengkerama dengan dirinya.
Walaupun jurang memisahkan dirinya, dia akan tetap terus berjuang
melewatinya. Tak ada yang mampu membendung perasaan cintanya.
Kata-kata puitis akan keluar dari bibirnya untuk dipersembahkan
kepada pujaan hatinya. Harta tak oernah terpikirkan berapa yang harus
diberikan. Seandainya sang pujaan hati bahagia, akan bahagia pula
hatinya. Walaupun berkorban harta sebanyak apapun. Pangkat tak bisa
memisahkan meskipun dia berada jauh dibawah strata sosialnya. Baginya
bukan pangkat yang bisa membuatnya bahagia, tapi dua hati yang saling
mengasihi bersanding dan bersatu dalam buaian cinta yang tulus.
Dia kobarkan api perjuangan kija kedua orang tuanya tak merestui
hubungannya. Ia akan berjuang gigih meyakinkan hati orang tuanya agar
mau mempersatukannya dalam rumah pernikahan. Tak ada kata menyerah
bahkan jika perlu kabur dalam gubuk 'kawin lari' (Duh jangan sampai
ya). Hati akan berontak menjunjung harkat dan martabat cintanya.
Berselancar menapaki ombak-ombak bergelombang dengan usaha gigh dan
keras untuk tujuan yang satu. Yaitu cintaku kudapatkan dari hatinya.
Beginilah para pecinta dengan hatinya. Jadi hati adalah sarana dan
tempat dari sebuah cinta yang tumbuh. Para ulama salafus sholih
sangat hati-hti sekali dalam meratwat dan menjaga hatinya. Berbagi
tingkah laku dan perbuatan yang mengotori hatinya, mereka tinggalkan
dan setip saat selalu berupaya membersihkannya.
Lanjut HATI – Bagian 2
Lanjut HATI – Bagian 2
No comments:
Post a Comment