Sunday, 19 February 2017

HATI – Bagian 1

Setiap manusia memiliki segumpal daging yang sangat penting bagi kehidupannya. Segumpal daging itu memberikan perasaan teraneh, terindah, terperihkan, dan sebagainya. Segumpal daging itulah yang disebut hati. Secara jasamani memang hati berada di dalam tubuh manusia sebelah kiri. Secara biologis hati itu berfungsi sebagai penetralisir zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh manusia termasuk racun, bakteri dan lainnya yang mengalir dalam aliran darah.
Tapi dalam trilogi cinta ini, CZL tidak mengarahkan kepada keberadaan hati secara jasmani. Hati yang CZL maksud adalah hati yang bersifat abstrak, dimana ia ada tapi tak berbentuk. Ia ada tapi membuat manusia berada. Hanya berbagai rasa, akibat dan sentuhan-sentuhan saja yang bisa draba dan dirasakan. Dalam wujudnya ia tak tampak namun mamnpu menggetarkan dan menggelorakan jasmani yang berwujud. Kita takkan mampu membayangkan hati dalam bentuk segumpal daging yang kecil itu menerima berbagai macam zat, rasa, imajinasi, sentuhan dan sebagainya yang akan datang silih berganti. Namun hati dalam bentuk abstrak yang terdapat pada setiap manusia mampu melakukannya. Hati ini akan mampu mengangkat dan meninggikan hakekat keberadaan manusia di bumi ini. Walaupun manusia berpijak di bumi namun ia secara rohani akan mampu melesat terbang tinggi bak meteor, menembus cahaya ke-Ilahian, memerobos gumpalan sekat-sekat kemalaikatan, mengalahkan tingkatan malaikat untuk kemudian berlabub dalam fase keindahan bersama Allah SWT.
Hati inilah yang selalu mencahayai manusia dalam kegelapan. Mentingkirkan kerikil dan noktah-noktah hitam kebusukan di dalam jiwa manusia. Menjadikan manusia durjana berubah menjadi manusia Insan Kamil (manusia sempurna) dengan akhlak-akhlak yang terpuji.
Dalam trilogi cinta, hati dipenuhi dengan berbagai perasaan memegang kendali. Manusia yang bericinta takkan pernah lepas dari hati yang bercinta. Sebab menjadi sumber pokok cinta adalah hati. Bagamana mungkin cinta yang tak hadir dalam hati manusia akan membuat manusia bercinta. Dengan hati yang diselubungi cinta, maka gerak-gerik dan tingkah lakunya akan berbau cinta.
Bayangkan seandainya diri kita seorang pecinta mengasihi seorang terkasih. Ketika memandangnya bagaikan air yang menyentuh kerongkongan kering, sejuk dan indah serta terasa nikmat. Hati akan berbunga saat dirinya membalas dengan senyuman manis nan indah. Ketika hati sebagai sang raja tersentuh bagaikan matahari yang bersinar, ia akan memancarkan getaran-getaran iyu keseluruh tubuhnya untuk bergerak dan melakukan sesuatu hal demi menggapai cintanya tersebut. Tak ada paksaan dan perintah. Yang ada hanya ketulusan jiwa dalam berbut untuk dapat bersanding dan bercengkerama dengan dirinya. Walaupun jurang memisahkan dirinya, dia akan tetap terus berjuang melewatinya. Tak ada yang mampu membendung perasaan cintanya.
Kata-kata puitis akan keluar dari bibirnya untuk dipersembahkan kepada pujaan hatinya. Harta tak oernah terpikirkan berapa yang harus diberikan. Seandainya sang pujaan hati bahagia, akan bahagia pula hatinya. Walaupun berkorban harta sebanyak apapun. Pangkat tak bisa memisahkan meskipun dia berada jauh dibawah strata sosialnya. Baginya bukan pangkat yang bisa membuatnya bahagia, tapi dua hati yang saling mengasihi bersanding dan bersatu dalam buaian cinta yang tulus.
Dia kobarkan api perjuangan kija kedua orang tuanya tak merestui hubungannya. Ia akan berjuang gigih meyakinkan hati orang tuanya agar mau mempersatukannya dalam rumah pernikahan. Tak ada kata menyerah bahkan jika perlu kabur dalam gubuk 'kawin lari' (Duh jangan sampai ya). Hati akan berontak menjunjung harkat dan martabat cintanya. Berselancar menapaki ombak-ombak bergelombang dengan usaha gigh dan keras untuk tujuan yang satu. Yaitu cintaku kudapatkan dari hatinya.
Beginilah para pecinta dengan hatinya. Jadi hati adalah sarana dan tempat dari sebuah cinta yang tumbuh. Para ulama salafus sholih sangat hati-hti sekali dalam meratwat dan menjaga hatinya. Berbagi tingkah laku dan perbuatan yang mengotori hatinya, mereka tinggalkan dan setip saat selalu berupaya membersihkannya.

Lanjut  HATI – Bagian 2

No comments: